Sejarah Ende
ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende
meningkat menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang
mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi
kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan :
Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu
diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini
Bantu- membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.
I. Segi Mythos
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur
pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang
diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende.
S.Roos membicarakan antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa.
Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur
S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van
Suchtelen diceritakan dengan diperinci.
S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende
Walaupun tidak diperinci namun ceritera
yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872
bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit,
Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima
anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi.
Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do
Pada suatu hari, Borokanda, Rako
Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena
mereka memasang bubuk disana, untuk menangkap ikan.Mereka mendapat
banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan yang sisa mereka
bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang
diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.
Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu
meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan
harta milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan
syarat mereka harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan
warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan
lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka
menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang
kemudian diganti dengan nama Nua Ende.
Terjadi kawin mawin antara penduduk asal
pulau Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera
Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari
Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende
dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun
seorang Cina berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini.
Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ).
Dari ceritera ini dapat disimpulkan
bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari
Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina. Pengambil
inisiatip dan penanggung jawabannya ialah Ambu Nggo`be sebagai tuan
tanah besar.
B.B.C.M. Van suchtelen tentang Ende dan tana Ende.
Tiga dongeng berikut ini lebih terperinci yakni dongeng Dori Woi, Kuraro dan Jari Jawa.
A. Mythos Dori Woi
Atas kebaikan Dori Woi, Sanga Kula
menjadi penduduk pertama Pulau Ende. Karena tidak mempunyai anak ia
jadikan Raja Redo anak angkat. Redopun tidak mempunyai anak sehingga
Ambu Roru dijadikan anak angkatnya. Ambu Roru kawin dengan Puteri Nuru
Laila ( Nur Laila) asal daun lontar dan mendapat dua anak wanita, Ambu
Mo’do dan Peteri Samasa. Puteri Samasa berangkat ke langit dan
menghilang. Tetapi ia turun lagi ke Luwu, lalu kawin dengan seorang
putera Luwu. Mereka ini menurunkan raja-raja Luwu di Sulawesi. Ambu Modo
kawin ambu nggo’be dari Onewitu. Seorang puera mereka Mosa Pid kawin
dengan wanita Sumba kemudian dengan wanita Nggela. Dari perkawinan ini
dilahirkan dua puteri Soru dan Toni.
Soru kawin dengan Lesu Bata dari Sikka(
teks asli Lika) dan menurunkan raja-raja Sikka. Toni kawin dengan Ambu
Jua dari Ambutonda, menurunkan raja-raja Ende. Jelas dari dongeng Dori
Woi bahwa ia penurun turunan raja-raja tetapi melalui Ambu Nggo’be. Ambu
Nggo’be kawin juga dengan wanita dari Sikka bernama Sodong ( sic Bapak
Kapitan Nggo’be). Dari cerita ini dapat dilihat bahwa berbagai orang
turut membangun Nua Ende. Tetapi pengambil inisiatip dan penanggung
jawabnya adalah tuan tanah yaitu Ambu Nggo’be.
B. Kuraro dan Nua Ende, Tana Ende
Seorang puteri Tonggo hamil dari kerbau
putih. Ketika ayahnya mau membunuh kerbau ia halang-halangi karena
kerbau putih itu suaminya. Ayah marah dan menolak dia dari gunung ke
lembah. Dari peristiwa ini perempuan itu disebut Ambu Kora. Ia lahirkan
puteranya Raro. Mereka berpindah ke Pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi
Mbo, Mosa Pio. Dalam perang dengan Numba mereka bantu Barai lawan Numba.
Ketika Numba dan Barai bersatu lagi mereka terpaksa meminta tanah
tempat kediaman kepada Embe Nggo’be dari Detu Kou. Tanah yang diberikan
dibagi oleh Mosa Pio ialah Kora dan Raro mendapat Kuraro serta Sugi Mbo
dan Mosa Pio mendapat yang sisa dimana mereka mendirikan Nua Ende. Pun
cerita ini menjelaskan bahwa berbagai orang turut dalam meletakkan dasar
bagi Nua Ende tetapi penanggung jawab resmi dan terutama ialah tuan
rumah Ambu Nggo’be yang realisasinya memanfaatkan berbagai tenaga
sahabat.
Kesimpulan mythos S. Roos dan Van Suchtelen
Dari cerita donggeng-donggeng ternyata
peranan Ambu Nggo’be menentukan, karena mempunyai kedudukan sebagai tuan
tanah besar. Jadi usaha membangunkan Nua Ende ada suatu usaha menurut
rencana Ambu Nggo’be. Dasar Nua Ende ini dalam perkembangannya sejarah
meningkat menjadi Kota Ende. Dalam kegiatan membangun Kota Ende, Ambu
Nggo’be memanfaatkan berbagai tenaga antara lain Ambu Roru, Sugi Mbo,
Mosa Pio, Jari Jawa, Maga Rinu. Dua tenaga akhir adalah tenaga Jawa
Majapahit dan tenaga Cina karang kapal. Jadi jawaban mythos terhadap
pertanyaan siapa yang mendirikan kota Ende ialah Ambu Ngoo’be, cs Nua
Ende di zaman Ambu Nggo’be adalah kota Ende in making.
Cacatan.
- S. Roos 1872. Tanah Ende terdiri dari satu negeri besar didataran pesisir. Batas-batasnya : Barat teluk Ende, Timur teluk Ipi, Utara gunung-gunung Ende, Selatan Gunug Meja, Roja, Ia serta Tanjung Ia yang menceraikan teluk Ipi dari teluk Ende.
- Nua Ende terletak menyusur pantai. Tak terlihat dari pantai sebab ditutup duri perang (cactus). Jalan-jalannya sempit berduri perang juga. Nua Ende terbagi atas lingkungan – lingkungan :
Ai Wani Sapu – Ai Wani –Ai Wani Tonda-
Ndao- Emburima.Wani Wona – Embu Gaga – One Kota.Potu – Aembonga-
Pemo.Manubara- Koposawu – Ambu Tonda.Ambu Wona – Ambu Dai – One
Witu.Kuraro – Kerimando – Reko.
- Penduduk Ende itu penduduk campuran dengan orang Sumba, Bima/Sumbawa, Pijo, Makasar. Pengaruh Makasar nampak jelas, pun dalam berpakian pengaruh Makasar itu nampak sekali.
II. Segi Sejarah
Dr. G. P. Rouffare tandaskan : sumber
Eropah terbaik untuk mengenal pulau-pulau dikawasan Timur Nusantara
ialah Kisah Pelajaran Pigafeta. Ia turut pelayaran mengelilingi dunia
1519 / 1522, dikepalai oleh Fernao de Magalhaes. Setelah gugur 27 April
1521 di Matan dekat Zebu-Filipina, Yuan Sebastian de Elcano mengambil
alih pimpinan. Dari lima kapal yang turut hanya satu kapal yang selamat
yaitu kapal Victoria. Pencatat peristiwa harian yang tertib dalam
pelayaran ialah Pigafeta. Dalam mengusut unsure histories dimanfaatkan
buku karangan C. C. E. M. Lerouc, berjudul : De Elcanos tocht door den
Timor – archipel met Magalhael ship Victoria. Buku ini diterbitkan di
Weltevreden 1928. beberapa fakta yang berhubungan dengan Ende akan
digencet dengan teliti.
Kutipan halaman 46 dst.
Judul dari sub bab : pemberitaan
Pigafeta mengenai deretan pulau antara Timor dan Jawa. Teks asli
berbahasa Spanyol, teks Belanda diterjemahkan Leroux, teks Indonesia
oleh Pater Piet Petu.
“ dikatakan kepada kami (demikian
Pigafeta) bahwa satu hari pelayaran dari sini ( Timor) dengan mengambil
arah barat laut, akan kami temukan satu pulau dimana terhadap kayu manis
(canella), dan pulau itu disebut Ende. Penduduknya kafir dan belum
mempunyai raja. Disebutkan juga pulau-pulau yang terletak diantara Timor
dan Jawa sampai Malaka : Ende, Tana Butun, Creueo, Chile, Bimakore,
Aranaran, Mani, Sumbawa, Lomboch, Chorum, Java Major.”
Catatan dibuat ketika kapal Victoria
berada di Atapupu (Atafufuz), antara Maubara dan Batu Gade 25 / 26
Januari 1522. Jadi mereka ada dalam pelayaran dari Timor menuju Jawa
mengarungi laut Chidul.
NEGARA KERTAGAMA 1357
Sumber ini menceritakan perebutan
wilayah oleh Majapahit dikawasan Timur Nusantara untuk mengalahkan Domp.
Sumber ini tidak menyebut nama Ende. Tetapi satu sumber lain historis
of Java Majapahit ( Vol II edisi 4 London 1817, hal. 121)
Pemberitaan itu dikutip Rafles dari manuskrip Natakoesoema mengenai kawasan Timur Nusantara : Sumenep, Bali.
Di tulis dalam manuskrip itu bahwa Ende adalah jajahan Majapahit direbut oleh Andya Ninggrat atau Ratu Pengging.
Route pelayaran 1357, melalui Larantuka, Solor menuju Laut Sawu mengunjugi pulau-pulau ; Timor, Ende atau Flores, Sumba,
Bima mungkin juga Sabu (dimana terdapat kerajaan Majupai. Hubungkanlah
peristiwa ini dengan myhthos Jari Jawa di Ende). Ceritera expedisi
Majapahit disebut dalam Mythos yang dapat mempunyai dasar histories
sehingga merupakan fakta-fakta yang didonggengkan. Atas dasar ini
Natakoesoema menyebut Ende itu jajahan Majapahit sehingga dimanfaatkan
Raflles dalam menyusun bukunya The history of Java.
Mendahului penerbitan buku, History of
Java 1872, Pigafeta duluan menyebut Ende sebagai pulau penghasil kayu
manis : 25/26 Januari 1522.
“ Arah Barat Barat Laut terdapat kayu
manis dipegunungan (pemisah) yang memanjang diseluruh pulau, terutama
Ende Utara dan Manggarai. Kayu manis itu adalah produk biasa disana”.
Dengan nama “ pulau kayu manis “
Pigafeta maksud di Pulau Besar bukan Pulau Ende kecil itu. Berdasarkan
alasan bahwa pulau besar ini oleh Pigafeta disebut Ende, maka harus ada
dasar yang benar ialah Nua Ende atau Tana Ende sudah ada mendahului
pemberitaan Pigafeta.
Pada catatan kaki 2 terdapat kutipan C.
C. F. M. Leroux dari buku P. A. van Tiele 1886 berjudul : Timbulnya
kekuasaan Belanda di Hindia Timur. Halaman 19. Van Tiele mengutipnya
dari surat Apollonius Scotte, tentang perebutan pulau Solor 1613.
“ Dari penduduk yang masuk kekuasaan kita (VOC) termasuk juga YNDE( Ende ) dan Galliau (kayian).”
Dikutip juga oleh van Tiele Mai 1614
bahwa tempat-tempat berdagang yang bertetangga dengan Solor di selatan
ialah : Inde (Ende) Cicka (Sikka) dan Bajou (Bajo = Maumere ) dan
Galliou ( Kayian) di utara.
Unsur Hindu Jawa di Ende 1357 (?) (kutipan halaman 41)
Pengaruh Majapahit disiratkan dalam
donggeng yang tak jelas. Jari Jawa sudah datang dari Jawa mengendarai
seekor ikan paus (ngambu). Ia menjadi raja I di Ende. Berita ini harus
digencet dengan teliti dan kritis. Alasannya ialah karena pemberitaan
Pigafeta tanggal 25/26 Januari 1522 mengatakan belum ada raja. Jadi
ceritera Jari Jawa sebagai Raja I di Ende itu adalah ceritera
belakangan, yakni sesudah 25/26 Januari 1522.
Dongeng yang dibawakan di Wolomari Ende
Utara mengatakan, penduduk pertama Ende berasal dari Majapahit (lelaki,
wanita, anak-anak). Ceritera ini harus diartikan dengan kritis karena
tidak ada tanda-tanda transmigrasi penduduk Majapahit ke Ende. Ceritera
yang historis mengatakan bahwa terjadi ekspedisi militer tahun 1357.
Unsur Cina di Ende
Ceritera seorang Cina yang menderita
karam kapal dan diselamatkan di Ende dan kemudian menetap dan kawin
disana (sie Roos) perlu diteliti dengan hati-hati. Nama orang Cina itu
(sie Bapak Kapitan Nggo’be) ialah Maga Rinu.
Turunannya mungkin ada di Ambugaga.
Tetapi menurut sejarah sumber Tionghoa membicarakan hanya pulau Timor sebagai pulau penghasil kayu cendana yang digemari.
Dalam abad ke X pulau Timor belum
dikenal dalam pemberitaan tua Cina. Waktu itu kayu cendana disebut
santulum sebagai produk Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa produk ini
hampir punah karena terlampau banyak digunakan untuk membuat
ukiran-ukiran kayu dan untuk hulu keris. Pemberitaan lebih kemudian dari
Tiongkok tahun1300 menyebutkan Pulau Timor itu Ti-wu. Pemberitaan oleh
Chau Ju Kua dalam karangannya bernama Chu-fauchi membahas tetang kayu
cendana di Timor, bahwa pulau ini takluk kepada kepada Jawa yang disebut
cho-p’o.
Tentang pulau Borneo dikatakan terletak dekat Ti-mon (Ti-mor ) dan pulau Borneo mereka sebut Po-ni.
Tetapi berita tua dari Cina tentang Ende tidak ditemukan dalam sumber-sumber tua misalnya Pigafeta.
BEBERAPA PERTANYAAN
- Benarkah Ambu Nggo’be tuan tanah besar ? Manakah bukti-buktinya ?
- Benarkah Ambu Roru membeli tanah dari ambu Nggo’be ?
Siapa mewarisi gading dan rantai mas harga tanah itu ?
- Benarkah ada hubungan keluarga antara raja-raja Ende dengan raja-raja Sikka dan raja-raja Luwu di Sulawesi
- Benarkah sejak ambu Roru mulai ada pengaruh Islam ?
Apa arti nama isteri Ambu Roru puteri Nuru Laila ?
- Dapatkah Saudara benarkah pendapat bahwa Ambu Nggo’be itu pendasar Nua Ende yang kini meningkat menjadi kota Ende
- Benarkah Ambu Nggo’be kawin dengan Ambu Modo dari Pulau Ende dan dengan Sodong dari Sikka.
- Dapatkah Saudara benarkan, turunan Jari Jawa masih ada di Ende ?
- Benarkah dari awal timbul Nua Ende ada unsur Cina yang turut membangunnya ?
- Dapatkah Saudara benarkan bahwa kerajaan Ende itu enklave dalam kerajaan Sikka ? Pendapat siapa Saudara anut ?
- Dari mana wanita Ende belajar seni tenun dan seni ikat ?
- Adakah terdapat jenis sarung (lawo) yang asli di Ende, dan sebutkanlah beberapa nama.
- Adakah terdapat sarung Ende yang disebut lawo sinde sesuai dengan peribahasa sita solo sinde sibolo
- Keluarga mana di Ende masih mempunyai kain Tjinde yang orsinil ?
- Dari mana menurut Saudara asal nama Ende itu ?
- Adakah cara berpakaian dan berhias orang Ende itu cara Makasar atau cara asli ?
- Nama nenek moyang mana disebutkan kalau petani melakukan upacara todo dan paki tana ?
- Nama siapa disebut kalau nelayan mengayunkan jala untuk menangkap ikan.
- Benarkah orang Roja itu turunan Roma ? manakah alasan sejarah yang membenarkan pendapat ini ?
- Bagaimana hubungan antara orang Roja dan Orang Kua (Palue)?
- Benarkah Nua Ende mula-mula disebut Nua Roja ?
- Mengapa sampai disebut Nua Ende, Tana Ende ? Siapa yang menggalangnya ?
- Dapatkah Saudara benarkan pendapat ini bahwa sejak Nua Ende didirikan atas inisiatif Ambu nggo’be, sudah terdapat Kota Ende in making ?
- Adakah cukup alasan menjadikan tahun 1357 tahun sejarah bagi Nua Ende, Tana Ende, Kota Ende ?
- Saudara yakin ada alasan menerima tahun 1522 tanggal 25 / 26 Januari sebagai tahun kelahiran bagi Ende ?
- Dapatkah Saudara benarkan bahwa pertemuan Ambu Nggo’be dan Jari Jawa itu menjadi alasan untuk menyimpulkan bahwa sejak tahun 1357 Ende masuk jajahan Majapahit ?
- Adakah Saudara giat mencari data-data guna memberikan jawaban atas pertanyaan : oleh siapa dan kapan Kota Ende dimulaikan ?
Kota/kabupaten di Flores_Ende
Sejarah Ende
ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini Bantu- membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.
I. Segi Mythos
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende.
ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini Bantu- membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.
I. Segi Mythos
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende.
Kota/kabupaten di Flores_Bajawa
Nama Bajawa
Bapak H. Nainawa, seorang tokoh dan pemuka adat yang kini berusia 88 tahun menuturkan bahwa nama Bajawa sebenarnya berasal dari “ Bhajawa ” yaitu nama satu dari antara tujuh kampung di sisi barat Kota Bajawa. Tujuh kampung yang disebut “ Nua Limazua ” tersebut adalah Bhajawa, Bongiso, Bokua, Boseka, Pigasina, Boripo dan Wakomenge. Nua Limazua tersebut merupakan suatu persekutuan “ ulu eko ” yang dikenal dengan “ Ulu Atagae, Eko Tiwunitu ”.
Bapak H. Nainawa, seorang tokoh dan pemuka adat yang kini berusia 88 tahun menuturkan bahwa nama Bajawa sebenarnya berasal dari “ Bhajawa ” yaitu nama satu dari antara tujuh kampung di sisi barat Kota Bajawa. Tujuh kampung yang disebut “ Nua Limazua ” tersebut adalah Bhajawa, Bongiso, Bokua, Boseka, Pigasina, Boripo dan Wakomenge. Nua Limazua tersebut merupakan suatu persekutuan “ ulu eko ” yang dikenal dengan “ Ulu Atagae, Eko Tiwunitu ”.
Pulau flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Copa
de Flores” yang berarti “ Tanjung Bunga”. Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.
de Flores” yang berarti “ Tanjung Bunga”. Nama ini diberikan oleh S.M.Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari Pulau Flores. Nama ini secara resmi dipakai sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores sudah dipakai hampir empat abad. Lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang berarti Pulau Ular.
Add a comment