Dinsdag 02 April 2013

Asal Muasal Gading Di Flores

sumber: inilahFLORES – blog Kanisius Kami

Gading gajah sangat dekat dengan masyarakat Flores dari ujung Timur sampai Barat. Beberapa ritual adat seperti pernikahan erat kaitannya dengan gading. Pasalnya, gading itu menjadi kesepakatan belis (mahar) dalam menentukan diterima atau tidaknya lamaran seorang pria kepada wanita pujaannya.
Pada masa kini, jumlah gading yang beredar di masyarakat tidaklah banyak. Kendati demikian, pola lamaran dengan gading sebagai pembayaran belum juga ditinggalkan. Adat dan kebiasaan itu masih tetap dipertahankan oleh sebagian kalangan masyarakat adat di Flores. Namun, ada juga yang sudah menggantikan peran gading dengan sejumlah uang tunai. Gading hanya menjadi parameter untuk menentukan perhitungan uang tunai yang harus disediakan pihak pria pada acara lamaran resmi.
Tahukan anda dari mana asal gading-gading tersebut? Beberapa jawaban yang diberikan orang Flores tentang asal muasal gading tersebut, antara lain:
1. Flores adalah habitat gajah pada zaman lampau
Ketika Pulau Flores masih merupakan satu kepulauan dengan Benua Australia, disinyalir bahwa gajah-gajah Flores datangnya dari Benua Australia. Gajah-gajah itu beranak-pinak di Pulau tersebut dan berhasil mempertahankan speciesnya dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar pada masa yang cukup lama. Namun, sejak gajah-gajah itu mulai dibunuh untuk kebutuhan makan nenek moyang, jumlahnya makin terbatas dan punah. Tidak ada migrasi lagi karena Pulau Flores sudah terpisah oleh karena pergeseran kerak bumi.
2. Nenek moyang Orang Flores pemakan gajah
Versi ini tidak mendukung teori gajah yang bermigrasi. Gading-gading itu datangnya dari nenek moyang orang Flores, yang umumnya adalah pendatang. Mereka datang dan menempati Pulau Flores dengan membawa gading-gading tersebut. Mereka memang suku pemakan daging dan salah satunya adalah gajah. Gading-gading itu simpan sebagai bukti sebuah suku telah berhasil membunuh beberapa ekor gajah, sesuai jumlah gading yang ada.
3. Gading sebagai pembayaran pasukan sewaan asal Flores
Pada masa perang, terutama di daratan Pulau Sumatera dan Kalimantan, juga daerah-daerah lain di Nusantara kala itu, sebagian masyarakat Flores diduga menjadi tentara bayaran dari beberapa suku di luar Pulau Flores. Jasa tentara sewaan itu akan dibayar dengan menggunakan gading.
4. Gading beranak
Alasan yang mistis magis adalah soal keberadaan Gading Ibu yang bisa beranak gading lain. Gading ibu itu biasanya disimpan pada sebuah rumah adat dan dijaga sebagai warisan leluhur. Gading ibu itu tidak bisa dijualbelikan atau dipindahtangankan. Diyakini, gading ibu itu – dalam dua atau tiga tahun – akan melahirkan anak gading baru. Anak-anak gading itulah yang akan digunakan dalam berbagai ritual adat untuk keperluan tertentu.
Anda mempunyai versi lain dari asal muasal gading di Flores?(iF02

10 Tips Traveling Asyik di Pulau Flores

10 Tips Traveling Asyik di Pulau Flores

sumber: detik travel

Anak-anak di Flores

Anak-anak di Flores

Foto Selengkapnya:
detikTravel Community - Belakangan, banyak wisatawan memilih Flores dibandingkan pergi ke Yogyakarta atau Bali. Tapi, tak sedikit wisatawan yang ragu karena takut menghabiskan biaya yang besar. Untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut, coba ikuti 10 tips ini.

Wisata di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur sedang menggeliat. Banyak traveler domestik dan mancanegara berbondong-bondong datang untuk menyaksikan keindahan alam di sana. Namun, minimnya informasi akan biaya dan akses untuk bisa berlibur di Flores kadang menciutkan niat mereka.

Tak perlu takut, sebab ada tips bagi Anda yang ingin traveling ke Pulau Flores. Seperti yang dikumpulkan pada Jumat (25/1/2013) berikut ini:

1. Awali perjalanan dari Maumere


Penerbangan ke Flores memang sepi dari promo, tidak seperti Lombok atau Bali yang sudah memiliki jaringan luas. Untuk penerbangan ke Flores, Anda harus memastikan dulu kota yang akan menjadi start perjalanan. Memulai perjalanan dari Maumere akan lebih murah dibanding Labuan Bajo. Hal ini dikarenakan Labuan Bajo adalah kota wisata dengan frekuensi penerbangan yang masih sedikit.

2. Pilih transit di Kupang

Banyak maskapai yang melayani rute ke Kupang dari Jakarta. Pilihlah rute tersebut. Selain merupakan Ibukota NTT, dari Kupang kita akan memiliki banyak pilihan karena ada pesawat yang terbang hampir ke semua kota di Flores, mulai dari Larantuka sampai Labuan Bajo. Dibanding transit di Denpasar, di mana pilihan lebih terbatas dan hanya ke kota tertentu.

3. Makin banyak teman, makin murah

Ajaklah kerabat Anda untuk traveling bersama, sebab biayanya akan jauh lebih murah. Anda bisa sharing kamar, sharing mobil sewaan, sharing perahu untuk menjelajah pulau, atau sharing boat untuk trip ke Pulau Komodo. Semuanya akan lebih murah jika dibagi bersama. Jika tidak ada kerabat, Anda bisa pasang tawaran di milis, jejaring sosial, atau di status detikTravel. Grup yang paling pas sekitar 5 orang, karena akan pas di 1 mobil Kijang.

4. Manfaatkan transportasi umum


Tidak menemukan teman untuk sharing, jangan khawatir. Sebab antar kota-kabupaten di Flores ada angkutan umum yang siap membawa traveler. Ojek dapat disewa untuk mengantar kita ke objek wisata. Jangan lupa lakukan riset sebelum berangkat. Sekadar informasi, harga angkutan jenis travel dari Maumere-Labuan Bajo sekitar Rp 260 ribu.

5. Jangan takut mencoba makanan lokal


Walaupun masyrakatnya mayoritas Katolik, bagi Anda yang muslim, jangan takut mencoba makanan di Flores. Pilih ikan-ikan segar hasil pantai selatan atau utara Flores yang bisa dibakar sesuai selera. Rasanya tak kalah dengan Anda beli di restoran mewah di sana. Yummy!

6. Pilih operator wisata lokal

Untuk perjalanan ke Pulau Komodo ataupun Riung, ada banyak operator yang menawarkan jasa perjalanan. Bila ingin harga murah cobalah cari operator lokal, atau coba pasang iklan ajakan trip di Kota Labuan Bajo. Banyak turis mancanegara yang memasang ajakan serupa. Jadi, buka mata buka telinga untuk mengetahuinya.

7. Cermat memilih hostel

Hostel memang identik dengan harga murah. Tapi, bukan berarti kita akan mendapatkan kamar yang murahan. Kita bisa selektif dengan meminta agar ditunjukkan kamarnya sebelum membayar. Sehingga kita akan mendapatkan perbandingan langsung dan tidak membeli 'kucing dalam karung'. Hampir di seluruh kota di Flores ada hotel murah/hostel yang cukup bersahabat.

8. Pastikan rute perjalanan membentuk loop

Jangan sampai saat traveling di Flores kita mengulang jalur perjalanan. Buatlah rancangan perjalanan di peta membentuk loop. Ini pasti lebih efektif, baik dari segi biaya maupun waktu. Disarankan memulai perjalanan dari timur (Larantuka/Maumere) dan mengakhirinya di barat(Labuan Bajo)

9. Jangan takut menawar


Wisata di Flores baru mulai bergeliat. Untuk itu kita harus pintar-pintar menawar agar tidak terjebak dengan harga yang membuat kantong jebol. Usahakan tetap senyum dan tidak menawar hingga harga yang sangat rendah. Sebab banyak juga dari penjual suvenir di sini tergolong masyarakat kurang mampu di keseharianny. Eits, taktik 'pura-pura pergi' juga berlaku di sini.

10. Hindari musim liburan


Hindari musim liburan di Flores, yaitu pada saat liburan sekolah dan Natal. Di waktu-waktu tersebut, mayoritas penduduk Flores melakukan tradisi mudik. Jadi, beberapa tempat wisata akan ramai dan dan harga-harga menjadi mahal. Di waktu lainnya, perhatikan juga soal cuaca.

Demikian 10 tips agar liburan di Pulau Flores bisa maksimal. Semoga makin banyak traveler yang tergoda untuk menjelajah indahnya Pulau ini. Selamat traveling!

Tokoh Flores_Sinyo Aliandoe

Sinyo Aliandoe

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sinyo Aliandoe
Sebastian Sinyo Aliandoe (lahir di Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1940; umur 72 tahun) adalah seorang mantan pemain dan pelatih nasional sepak bola Indonesia.
Dia terjun ke dunia pelatih pada awal tahun 70-an, setelah mengalami cedera parah, patah tulang pergelangan kakinya.
Sebagai pelatih, Sinyo lebih mengutamakan hitungan-hitungan teknis di lapangan, ketimbang menyandarkan diri dalam ungkapan keberuntungan. Dia menghitung benar, setiap kemampuan para pemain dalam proses mencetak gol. Sinyo dikenal memiliki kemampuan mengubah pola permainan pasukannya seketika, hanya dengan memanfaatkan pergantian pemain.
elatih

tokoh Flores_Frans seda

Frans Seda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Frans Seda
Menteri Perhubungan Republik Indonesia ke-18
Masa jabatan
6 Juni 1968 – 28 Maret 1973
Presiden Soekarno
Didahului oleh Jatidjan
Sutopo
Digantikan oleh Basuki Rachmat
Menteri Keuangan Republik Indonesia ke-14
Masa jabatan
25 Juli 1966 – 6 Juni 1968
Presiden Soekarno
Didahului oleh Sumarno
Digantikan oleh Ali Wardhana
Menteri Pertanian Republik Indonesia ke-13
Masa jabatan
24 Februari 1966 – 25 Juli 1966
Presiden Soekarno
Didahului oleh Sadjarwo
Digantikan oleh Sutjipto
Informasi pribadi
Lahir 4 Oktober 1926
Bendera Belanda Flores, Nusa Tenggara Timur, Hindia Belanda
Meninggal 31 Desember 2009 (umur 83)
Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia
Partai politik Partai Katolik, Partai Demokrasi Indonesia (PDI), kemudian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
Tempat tinggal Jl. Metro Kencana V Nomor 5
Alma mater Kolese Xaverius Muntilan, Hollandsche Burgerschool (HBS) di Surabaya, Katolieke Economische Hogeschool, Tilburg, Nederland (1956)
Agama Katolik
Franciscus Xaverius Seda (lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 1926 – meninggal di Jakarta, 31 Desember 2009 pada umur 83 tahun) adalah seorang politikus, menteri, tokoh gereja, pengamat politik, dan pengusaha Indonesia.
Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya antara lain adalah Menteri Perkebunan dalam Kabinet Kerja IV (1963-1964) dan Menteri Keuangan (1966-1968) sewaktu awal Orde Baru, serta Menteri Perhubungan (1968-1973) dalam Kabinet Pembangunan I.
Didahului oleh:
Sumarno
Menteri Keuangan
1966-1968
Digantikan oleh:
Ali Wardhana
Didahului oleh:
Jatidjan/Sutopo
Menteri Perhubungan
1968-1973
Digantikan oleh:
Emil Salim
Franciscus Xaverius Seda—yang lebih dikenal dengan panggilan Frans Seda—dilahirkan di Maumere, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 1926. Ia belajar di Kolese Xaverius Muntilan dan HBS (Hollandsche Burgerschool) di Surabaya. Gelar sarjana ekonomi diraih dari Katolieke Economische Hogeschool, Tilburg, Nederland (1956).
Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, ia aktif sebagai anggota Lasykar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK/TNI Masyarakat (1945-1950); dikirim Markas Besar Biro Perjuangan di Yogyakarta ke Flores dan Surabaya; menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya; anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan DPR Sementara Daerah Jawa Timur (RI) mewakili Pemuda; anggota Panitia Kongres Pemuda di Surabaya; peserta Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia I di Yogyakarta (1949-1950); anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Nederland; serta pendiri/pengurus Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) di Nederland (1950-1956).
Setelah Indonesia merdeka, jabatan tinggi di pemerintahan dipegangnya, seperti pada masa Presiden Soekarno ia menjabat Menteri Perkebunan RI (1964-1966) pada usia 38 tahun dan selanjutnya menjadi Menteri Pertanian (1966). Kemudian pada masa Presiden Soeharto, ia memegang jabatan Menteri Keuangan (1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran Pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil Salim, salah satu sahabat dekatnya adalah tidak berlebihan apabila kita menyebutnya sebagai Pahlawan Keuangan Indonesia. Selanjutnya, Frans Seda dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (Pengangkutan, Komunikasi, Pariwisata, 1968-1973) dimana ia kemudian merintis penerbangan dan pelayaran perintis di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, serta beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali. Sesudahnya Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luksemburg (1973-1976; anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1976-1978; dan anggota Dewan Penasihat Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) di bawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan oleh Presiden B.J. Habibie (1996). Beliau pun pernah menjadi Penasihat Presiden B.J. Habibie untuk bidang ekonomi (1998) dan selanjutnya pada tahun 1999 menjadi Penasihat Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia.
Dalam bidang politik, ia pernah menjadi Ketua Umum Partai Katolik (1961-1968), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili golongan Katolik (1960-1964), dan anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak 1971 (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan selanjutnya sejak 1997 menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan.
Dalam dunia usaha, ia menjabat sebagai Presiden Dewan Komisaris PT Narisa, Presiden Dewan Komisaris PT Gramedia, Presiden Dewan Komisaris PT Kompas Media Nusantara (yang menerbitkan harian umum nasional Kompas), anggota Dewan Komisaris PT Bayer Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia dan Asosiasi Perdagangan Tekstil Indonesia (1982-1988), Ketua Asian Federation of Textile Industries (1983-1985), anggota Dewan Penasehat untuk Asia dari Sears & Roebuck World Trade, Chicago, Amerika Serikat (1983-1984), Ketua Joint Working Party Indonesia United Kingdom (1981-1985), Presiden Komisaris PT Saowisata Seaside & Diving Resort, Ketua Komite Kerja Sama dalam nota kesepahaman antara negara Indonesia Bagian Timur dan Australia Utara, Ketua Karwell Group (Pabrik Tekstil untuk Ekspor), Presiden Komisaris PT Bank Shinta Indonesia, Presiden Komisaris PT Pantara Wisata Jaya (kerja sama dengan Japan Airlines dalam bidang promosi pariwisata), Presiden Komisaris PT Hindoli (kerja sama antara PT Gowa Manurung Jaya dan Perusahaan Amerika PT Cargrill dalam perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan), Presiden Komisaris PT Philips Indonesia, Presiden Komisaris PT British American Tobacco, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), serta Ketua Asosiasi Indonesia-Netherland (INA). Dalam bidang pendidikan, ia adalah Pendiri dan Perintis Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) yang juga tercatat sebagai Dekan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (1961-1964) sekaligus Rektor pertama Unika Atma Jaya. Kemudian beliau menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya (1962-1996), kemudian menjadi Ketua Kehormatan Yayasan Atma Jaya, dan bahkan pada saat Frans Seda meninggal pada akhir tahun 2009, beliau masih tercatat sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya. Frans Seda juga pernah menjadi Penasihat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) dan Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM).
Frans Seda juga mendampingi Sri Paus Paulus VI dalam kunjungan ke Indonesia pada tahun 1970. Selanjutnya Frans Seda menjadi Ketua Organizing Committee pada kunjungan Sri Paus Johanes Paulus II ke Indonesia pada tahun 1989.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Dana Komite Olahraga Nasional Indonesia (1980-1982), anggota Dewan Harian Nasional Angkatan 1945, anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Vatican, Roma (1984-1989), serta anggota Dewan Pertimbangan Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI), Anggota Dewan Penyantun Pusat Kajian Australia, Universitas Indonesia (PKA-UI), dan Ketua Forum Indonesia-Nederland (FINED).
Bintang kehormatan yang pernah diterimanya, seperti Grandcross of St. Silvester dari Paus Paulus VI di Vatican (1964); Grandcross in de Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda; Grandcross de L’Ordre Royal du Saha Metrei dari (bekas) Kerajaan Kamboja (1968); Commander in the Order of Maritime Merit dari State California (USA) dan San Fransisco Port Authority, Governor Ronald Reagan (6 September 1968); Grandcross de L’Ordre de Leopold II dari Kerajaan Belgia (4 Juni 1970); Grandcross of St. Thomas University dari Filipina (1972), Bintang Mahaputra Adipradana II dari Republik Indonesia (10 Maret 1973), serta Honorary Member of the Order of the Australia (In Recognition for Service to the Development of Trade Links Between Australian and Indonesia), Agustus 1999 dari Pemerintah Australia.
Frans Seda meninggal di Jakarta pada 31 Desember 2009 pada usia 83 tahun.
Sepeninggal beliau, Yayasan Atma Jaya kemudian berinisiatif mengabadikan semangat beliau yang membaktikan diri seutuhnya “Untuk Tuhan dan Tanah Air” dalam suatu kegiatan “Frans Seda Award”. “Frans Seda Award” yang diluncurkan 1 Juni 2011 lalu untuk pertama kalinya difokuskan pada bidang Pendidikan dan Kemanusiaan dan ditujukan pada seluruh warga negara Indonesia yang berusia maksimal 40 tahun yang memiliki karya nyata pada bidang Pendidikan maupun Kemanusiaan yang turut merawat, menanam dan mengembangkan ke-Indonesiaan sebagaimana diteladankan Frans Seda.

Tokoh Flores_Heru Nerly

Heru Nerly (lahir 24 September 1980; umur 32 tahun) adalah pesepak bola Indonesia. Ia dapat bermain dengan posisi pemain bertahan dan Gelandang. Heru bermain untuk klub Mitra Kukar 
Heru Nerly
Informasi pribadi
Tanggal lahir 24 September 1980 (umur 32)
Tempat lahir Bendera Indonesia, Indonesia
Posisi bermain Bek, Gelandang
Informasi klub
Klub saat ini Mitra Kukar
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)

Persipura
Persija


Tim nasional

Indonesia 3 (0)
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domesti

Tokoh Flores_Gorys Keraf

Gorys Keraf

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Gorys Keraf
Dr. Gorys Keraf (lahir di Desa Lamalera, Lembata, Nusa Tenggara Timur, 17 November 1936 – meninggal di Jakarta, 30 Agustus 1997 pada umur 60 tahun) adalah seorang ahli bahasa ternama Indonesia dan salah seorang dosen Universitas Indonesia.

Biografi

  • Menamatkan SMP di Seminari Hokeng (1954)
  • SMA Syuradikara di Ende (1958)
  • Tamat Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Kejuruan Linguistik (1964),
  • Meraih Doktor dalam bidang linguistik dari Universitas Indonesia (1978) dengan disertasi Morfologi Dialek Lamalera.
  • Pernah mengajar di SMA Syuradikara, SMA (1962-1965), SMA Santa Ursula dan SMA Santa Theresia (1964), Unika Atmajaya (1967-), Perguran Tinggi Kepolisian, dan Jakarta Academy of Languages Jakarta (1971-). Dia menjadi pengajar tetap di Fakultas Sastra UI (sejak 1963), di samping menjadi koordinator Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Retorika di Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( FISIP ) Universitas Indonesia.

Karya tulis

  • Komposisi (1971)
  • Tatabahasa Indonesia (1991)
  • Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum (1992)
  • Diksi dan Gaya Bahasa
  • Eksposisi dan Deskripsi
  • Argumentasi dan Narasi

Tokoh Flores_Alexander Sonny Keraf

Alexander Sonny Keraf

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Alexander Sonny Keraf
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia ke-5
Masa jabatan
26 Oktober 1999 – 9 Agustus 2001
Presiden Abdurahman Wahid
Didahului oleh Panangian Siregar
Digantikan oleh Nabiel Makarim
Informasi pribadi
Lahir 1 Juni 1958 (umur 54)
Bendera Indonesia Lembata, Flores Timur, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Alma mater Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
Universitas Katolik Leuven
Dr. Alexander Sonny Keraf (lahir di Lembata, Flores Timur, 1 Juni 1958; umur 54 tahun) adalah Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Persatuan Nasional. Ia meraih gelar sarjana pada tahun 1988 dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan gelar doktor dari Universitas Katolik Leuven, Belgia pada tahun 1995. Sebelum diangkat sebagai menteri, ia adalah dosen filsafat di Universitas Atma Jaya, Jakarta.
Didahului oleh:
Panangian Siregar
Mentri Negara Lingkungan Hidup
1999-2001
Digantikan oleh:
Nabiel Makarim